Apa itu RAID? Menurut
Wikipedia, RAID (yang kepanjangannya adalah Redundant Array of Independent
Disks), adalah sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang
digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media
penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara
redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak,
maupun unit perangkat keras RAID terpisah.
Dengan RAID, data yang disimpan akan
dibagi/direplika ke beberapa hardisk secara terpisah, guna untuk
meningkatkan kehandalan data atau bisa juga untuk meningkatkkan performa I/O
hardisk.
Kehandalan data bisa terpenuhi dengan RAID karena
penyimpanan data tidak hanya diletakkan di beberapa disk. Jika ada disk yang
rusak, data akan tetap aman, dan hardisk yang rusak dapat diganti dengan segera
tanpa mempengaruhi eksistensi data.
Peningkatan performa I/O hardisk bisa terpenuhi
karena ketika hardisk melakukan baca/tulis tidak dilakukan sendiri, tetapi
dilakukan bersama-sama dengan hardisk lainnya. Istilahnya mereka secara gotong
royong melakukan tugas. Sebagai contoh, RAID 0 dengan 2 hardisk, jika kecepatan
per disk adalah 7200 rpm, maka dengan RAID 0, kecepatan berlipat ganda, 2 x
7200 rpm = 14400 rpm!
Sejarah
RAID
Penggunaan istilah RAID pertama kali diperkenalkan
oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California,
Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987. Tetapi walaupun mereka yang
menggunakan istilah RAID pertama kali, tetapi hak paten RAID sejatinya dimiliki
oleh Norman Ken Ouchi dari IBM, yang pada tahun 1978 mendapatkan paten nomor
092732 dengan judul “System for recovering data stored in failed memory unit”.
Level-Level
Standar RAID
Pada dasarnya, level standar RAID ada 5. Tetapi
seiring dengan perkembangan teknologi komputer, beberapa level-level baru
bermunculan. Di artikel ini, saya akan membahas 7 level RAID yang sering
digunakan.
RAID
0
RAID 0 (atau yang disebut juga dengan stripe set
atau striped volume), data akan disimpan terpisah secara merata ke dua hardisk
atau lebih, tanpa informasi parity untuk meningkatkan kecepatan. Parity data di
RAID digunakan untuk memeriksa error hardisk & mendapatkan redundansi data.
Jika ada hardisk yang rusak, secara otomatis RAID akan melakukan rekonstruksi
data pada hardisk yang baru.
Nah, pada RAID 0, parity data tidak ada, sehingga
jika ada hardisk yang rusak, maka secara otomatis data akan rusak. Tidak ada
redundansi/kehandalan data di level RAID 0. Pada umumnya, RAID 0 digunakan
untuk meningkatkan performa baca/tulis saja, atau untuk memperbesar kapasitas
simpan, tanpa mementingkan redundansi data.
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, dengan
RAID 0, kecepatan I/O hardisk akan meningkat karena kinerja baca/tulis
dikerjakan bersama-sama. Dengan 3 hardisk SATA 7200 rpm, anda akan memiliki
performa setara 3 x 7200 rpm = 21600 rpm.
Dengan RAID 0, 3 x 1 TB hardisk = 3 TB hardisk!
RAID
1
Dengan RAID 1, data di hardisk pertama akan di salin
(mirroring) persis sama ke hardisk kedua. Jika anda lebih mementingkan performa
baca & kehandalan data, ketimbang simpan, maka RAID 1 adalah pilihan yang
pas.
Pada RAID 1, jika pada salah satu hardisk terjadi
kerusakan, maka data akan tetap aman karena sudah tersalin di hardisk kedua.
Jika hardisk yang rusak mendapatkan ganti, maka secara otomatis RAID 1 akan
melakukan salinan/mirorring ke hardisk yang baru.
2 Hardisk yang diatur dengan RAID 1, total
kapasitasnya hanya seperti memiliki 1 hardisk saja. Jadi semisal 2 x 1 TB
hardisk dengan RAID 1, maka kapasitas simpan yang bisa dipakai adalah 1 TB
saja.
Kecepatan baca/tulis pada RAID 1 cukup bagus, walau
tidak setinggi performa pada RAID 0. Kekurangan RAID 1 hanyalah pada kapasitas
simpan saja.
RAID 1 banyak digunakan pada operating system (OS)
& transactional database.
RAID
5
RAID 5 menggunakan metode block-level striping
dengan data parity didistribusikan ke semua hardisk. RAID 5 cukup populer
karena mampu menghadirkan redundansi data dengan biaya yang tidak terlalu
besar.
RAID 5 memiliki toleransi kerusakan disk hanya satu
saja, sama seperti RAID 1. Jadi, jika anda menggunakan 3 x 1TB hardisk, maka
kapasitas simpan yang bisa digunakan adalah 2 TB saja, karena 1 TB lainnya
digunakan untuk toleransi kerusakan.
RAID 5 memiliki performa baca dua kali lipat lebih
cepat, tetapi tidak ada peningkatan pada performa tulis. RAID level ini
dianjurkan untuk penyimpanan data, file server, atau untuk backup server.
RAID
6
RAID 6 sejatinya hampir sama dengan RAID 5, yang
membedakan cuma penambahan parity block. Jika pada RAID 5 toleransi kerusakan
disk hanya satu, pada RAID 6 memiliki 2 disk. Dengan penambahan ekstra parity
block, maka redundansi data lebih bagus ketimbang RAID 5.
Performa baca/tulis tidak ada beda dengan RAID 5.
Level RAID 6 biasanya dianjurkan untuk solusi HA (High Availability), Mission
Critical Apps, dan server yang membutuhkan kapasitas simpan yang besar).
RAID
10
RAID 10 biasa juga disebut dengan RAID 1+0 atau RAID
1&0, mirip dengan RAID 0+1, cuma perbedaanya adalah penggunaan level
RAIDnya dibalik.
RAID 10 sebenarnya bukan level standar RAID yang
diciptakan untuk driver Linux MD. RAID 10 membutuhkan minimal 4 buah hardisk.
RAID 10 adalah kombinasi antara RAID 0 (data
striping) dan RAID 1 (mirroring). Memiliki performa baca/tulis & redundansi
data tertinggi (memiliki toleransi kerusakan hingga beberapa hardisk).
RAID 10 memiliki toleransi kerusakan 1 hardisk per
mirror stripe.
RAID 10 biasanya banyak diimplementasikan pada
database, web server & server aplikasi atau server-server yang membutuhkan
performa hardisk tinggi.
RAID
50
RAID 50 (atau juga disebut dengan RAID 5+0)
merupakan kombinasi block-level striping dari RAID 0 dengan distribusi parity
dari RAID 5. RAID 50 membutuhkan minimal 6 hardisk.
Jika salah satu hardisk dari masing-masing RAID 5
ada yang rusak, data akan tetap aman. Akan tetapi jika hardisk yang rusak tidak
segera diganti, dan hardisk dari RAID 5 tersebut ada yang rusak lagi, maka
semua data di RAID 50 akan rusak. Penggantian hardisk harus dilakukan agar data
tetap terjaga redundansinya.
RAID 50 memilik toleransi kerusakan 1 hardisk per
sub-array. Seperti halnya RAID 10, RAID 50 juga memiliki performa baca/tulis
& redundansi data tinggi (memiliki toleransi kerusakan hingga beberapa
hardisk).
RAID 50 biasanya banyak di implementasikan pada
server database, server aplikasi, dan server penyimpanan file.
RAID
60
RAID 60 (atau juga disebut dengan RAID 6+0)
merupakan kombinasi block-level striping dari RAID 0 dengan distribusi parity
dari RAID 6. RAID 60 membutuhkan minimal 8 hardisk.
RAID 50 dan RAID 60 tidak banyak perbedaan, yang
membedakan hanya pada toleransi kerusakan hardisk. Jika pada RAID 50 toleransi
kerusakannya 1 hardisk per sub-array, sedang di RAID 60 adalah 2 hardisk per
sub-array.
RAID 60 biasanya banyak di implementasikan pada
solusi High Availability, Mission Critical Apps,atau server yang membutuhkan
kapasitas simpan besar.
sumber 1 : http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar